Medan..siapa yang tak kenal dengan kota ini. Kota yang diperkirakan telah dihuni lebih dari 2 juta orang, sangat dikenal dengan slogan "Ini Medan Bung". Adanya campuran dari berbagai budaya dan masing-masing masih menjaga kelestarian akan identitasnya, turut memperkaya budaya kota ini, termasuk budaya kuliner. Sebut saja dari Melayu, Jawa, Batak, Tionghoa, Minang, India, Aceh, hingga ada yang dari daratan Eropa/Amerika (meskipun jumlahnya tidak spesifik). Masing-masing datang dengan budayanya sendiri-sendiri, sehingga tidaklah heran kota ini kaya akan budaya (kuliner). Contoh beberapa kuliner dari kota ini : Soto Medan, Mie Aceh, Misop, Kari Ayam atau Kari Lembu (Sapi), Sop Sumsum, Kwetiauw Belacan Medan, Lontong Sayur, Bihun Bebek, Nasi Lemak, Sate Padang, dan lain-lain. Belum lagi kita berbicara mengenai oleh-oleh, seperti Bika Ambon, Bolu Gulung/Meranti, Sirup Markisa, dan tentu saja tidak ketinggalan duren/durian.
Kuliner khas Medan tersebut dapat dengan mudah ditemukan di berbagai sudut kota maupun di 'pusat-pusat' kuliner misalnya di Jalan Selat Panjang dan Jalan Semarang (untuk berbagai makanan Tionghoa), di Kampung Keling (sekarang Kampung Madras) yang identik dengan masakan dari India, kawasan Padang Bulan (kuliner BPK = Babi Panggang Karo), kawasan Dr. Mansur dengan berbagai jenis makanan, tradisional maupun modern, di Merdeka Walk, Kesawan Square (saat ini sedang mati suri) dan lain sebagainya.
Beberapa tahun belakangan ini, Medan mulai "diserbu" oleh makanan dari luar, khususnya Jakarta dan Pulau Jawa. Mulai dari bakso, mie kocok bandung, martabak manis, sampai yang sekarang sedang 'in' ayam penyet. Salah satu kawasan yang sangat berkembang dan memiliki kemungkinan menjadi pusat kuliner alternatif adalah di Jalan Gagak Hitam/Ring Road. Ruas jalan ini merupakan bagian dari Outer Ring Road yang terletak di antara perempatan Jalan Gatot Subroto dan perempatan Setia Budi. Banyak perumahan yang cukup mewah di sini, diantaranya Tasbih (Taman Setia Budi Indah).
Lokasinya bisa dilihat di peta berikut ini :
Di sepanjang Jalan Gagak Hitam/Ring Road ini banyak kita temukan aneka makanan yang sebagian besar berasal dari luar Medan. Iseng-iseng saya coba mendata makanan atau rumah makan apa saja yang sudah buka di sepanjang jalan ini. Saya menemukan : Ayam Penyet Joko Solo, Ayam Gebrug Citra Solo, Ayam Penyet Sidoarjo, Ayam Petis Cinde Laras, Ayam Kremes Bandung, Ayam Presto, Sop Konro/Coto Makasar/Konro Bakar Saudara, Sop/Sate Kambing Betawi, Iga-iga Bakso, Bakso Gepeng, Indonesia Bakso, Bakso Kepala Sapi (kepala sapi di sini, nama rumah makannya), Miranti Ayam Bakar Bumbu Bali, Ikan Bakar, Mie Ayam Jamur, Mie Goyang Joko Moro, Obonk Steak, Burung Goreng dan Nasi Goreng Mas Pur, Dimsum, Nasi Uduk dan Seafood model tenda, Nasi Uduk Gondangdia cabang Medan, Siomay Bandung, Pempek, Bubur Ayam Jakarta, Aneka Serabi Bandung, dan lain-lain. Tidak ketinggalan resto cepat saji Mc Donald dan KFC juga ditemukan di sini. Yang cukup ramai pengunjungnya adalah Ayam Petis Cinde Laras dan Iga-iga Bakso.
Tentu yang asli khas Medan, dapat kita temukan di sini, seperti Mie Aceh, Sate Padang Danguang-danguang, Regge Corner Lontong Malam, serta tak ketinggalan Bandrek Pak Said. Di sepanjang Jalan Gagak Hitam Ring Road ini juga kita bisa temukan penjual jagung bakar (yang biasanya buka mulai sore sampai malam hari). Di jalan ini juga ada sekitar 2 lapangan futsal dan 4 pomp bensin termasuk Petronas (yang ini jelas ngga ada hubungannya dengankuliner..hehe).
Mungkin satu saat nanti - entah melalui jalur franchise atau bukan - tidaklah heran jika kita akan menemukan nasi uduk Tanah Abang, Nasi Goreng Kambing Kebon Sirih, Soto Sulung, Soto Pak Sadli, Soto Kudus, Soto Gebrak, Bubur Sukabumi, Soto Betawi, Ketoprak, Timlo Solo, Soto Surabaya, Lontong Balap dan Kupang dari Surabaya, serta aneka makanan lainnya membuka cabangnya di sini, dan turut memperkaya ragam kuliner di Medan.
Bagaimana dengan cita rasanya? Saya sempat mencicipi Bubur Ayam Jakarta. Menurut mas penjual yang mengaku berasal dari Serang, Banten dan baru 5 bulan di Medan, dialah satu-satunya bubur ayam Jakarta yang buka di sana. Bubur yang disajikan tidak menggunakan bumbu kuning, kacang kedelai goreng dan tidak ada jeroan/telor dalam bentuk sate yang biasa dijual oleh penjaja bubur ayam di Jakarta. Demikian juga dengan Siomay Bandung, belum mendekati rasa Siomay Bandung. Mungkin kalau kuliner ini hasil dari franchise, cita rasanya bisa sama :-)
Pemko Medan sepatutnya mengelola kawasan ini secara baik, untuk menghindari adanya masalah dikemudian hari (contohnya para penjual jagung bakar, yang memanfaatkan kaki lima sebagai tempat usaha mereka). Kawasan ini akan terus berkembang, para pemilik modal - baik yang cinta kuliner maupun tidak - akan mencoba keberuntungannya dengan membuka rumah makan di lokasi ini. Jika saja kawasan ini dikelola dan ditata dengan baik, maka tidak tertutup kemungkinan bisa menjadi jalan/pusat kuliner terpanjang di Medan dan siapa tau bisa menjadi ikon kota Medan.
PS: Nama jalan Gagak Hitam saya ambil dari peta Navigasi.net, bagi yang mengetahui lebih tepat nama jalan ini Gagak Hitam, mohon koreksinya.
Sumber:http://budiawan-hutasoit.blogspot.com/2009/08/jalan-gagak-hitam-ring-road-alternatif.html
smal note |quantumindonesia | tips sederhana pagerank | kopi kok tong | spyware and malware | komen dengan url | quantumindonesia blog | entrecard | backup blog | monetize your blog | house of book | medan business | house of book | pertamina : kerja keras adalah energi kita
