Sabtu, 31 Oktober 2009

Wisata Kuliner di Kota Medan


Ada mie tiau enak di kota Medan. Salah seorang penjualnya yang cukup dikenal di kota Medan adalah Machmud Siregar. Warungnya terletak di Jalan Abdullah Lubis, persis di depan Masjid Abdullah Lubis. Selain mie tiau, Machmud menjual sekitar 76 masakan lain di warungnya.
Pengamatan Penulis, warung Mahmud ramai dikunjungi setiap harinya. Menu khas yang paling terkenal adalah mie ayam jamur. Menurut seorang kokinya, campuran bumbu kuetiaw berupa bawang putih, bawang merah, merica, cabe giling, dan jahe. Agar lebih sedap lagi ditambahkan daun bawang, kol, sawi, dan tomat. Semua bumbu itu ditumis lalu ditambahkan telur. Setelah itu baru dimasukkan mie tiau, kecap, dan bumbu penyedap. Sebagai pelengkap, ditambahkan kerupuk, timun, dan ayam yang disuwir-suwir atau udang, dan bakso. Mie tiau biasa disantap bersama acar agar lebih enak. Harganya jangan kuatir, masih bisa terjangkau kocek dan rasanya sangat lezat.
Kalau mau makan mi rebus keling, hmmm… bisa ditemukan di seputar kawasan Kampung Keling,Medan. Letaknya di Jalan Pagaruyung yang mulai buka sejak sore hingga larut malam dan menjadikannya sebagai salah satu kawasan jajanan malam di kotaMedan. Salah satu penjualnya adalah Budi. Ia menjajakan dagangannya di belakang Hotel Tiara Medan.

Bahan dasar mie ala Budi sama seperti mie rebus biasa. Namun ke dalamnya ditambahkan taoge, selada, irisan kentang, tahu, ketimun, telur, serta ditaburi seledri dan kerupuk. Sebagai pelengkap, bisa ditambahkan perkedel jagung atau rempeyek. Semua itu disiram dengan saus khusus.

Saus inilah yang memberi ciri khas pada mie keling. Bahan dasarnya terdiri dari udang giling plus bumbu-bumbu lain. Untuk mengentalkannya digunakan tepung kanji. Bumbu saus mie keling memang istimewa. Konon, resepnya juga asli diciptakan nenek moyang masyarakat Keling di India. Sekedar info bagi anda yang bukan warga Medan, "orang keling" yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah mereka WNI keturunan India yang berkulit hitam dan memiliki komunitas cukup banyak di kota Medan.

Dari harga jual Rp. 1.000,- per porsi dulunya, sekarang harga mie Keling sudah menjadi Rp. 3.500 per porsi. Setiap hari dagangan Anton bisa laku 200 - 300 piring. Untuk itu dibutuhkan kira-kira 10 - 15 kilogram mie. Satu kilogram mie bisa menghasilkan 15 piring.
Wisata Kuliner di Mall
Beragam jenis makanan juga merambah ke pusat-pusat belanja modern atau mall, yang menawarkan aneka racikan kuliner khas Sumatera Utara, masakan Indonesia hingga hidangan dari berbagai belahan dunia.
Tempat shopping di kota Medan telah menjadi sarana belanja kuliner dalam bentuk warung, cafe hingga area khusus makanan yang lazim disebut food court. Plaza Medan Fair memanfaatkan kesempatan ini sebagai sarana wisata dan bermain keluarga. Di plaza ini makanannya lengkap dan nikmat, Medan FairPlaza memang menjadi pilihan salah satu lokasi wisata kuliner di Kota Medan.

Di Plaza Medan Fair tersedia counter fast food ternama seperti KFC, A&W, Pizza Hut dan lainnya. Sedangkan dilantai empat, terhampar area food court yang luasnya sekitar 1.000 meter2. Di area ini, Anda bisa menikmati beragam menu masakan tradisional, chinese dan internasional.Ada counter seperti bakmi raos, pondok selera, traditional food dan jenis makanan lainnya.
Di lantai duanya tersedia exebition cafe yang menghadirkan gerai-gerai branded yang cocok untuk dinikmati seperti Kilinei, Kopi Tiam, Roti Mom, Baskin Robin, Bengawan Solo Coffee dan lainnya. Ada juga warung Solaria yang menyediakan beragam menu makanan dan warung khusus makanan Thailand bernama Thai Express.
Food court Plaza Medan Fair dirancang dengan nuansa yang lapang dan menghibur. Tersedia big screen dengan jaringan TV kabel Astro, bisa berkaraoke dan dijadwalkan setiap akhir pekan ada live band. Suasana makin lengkap dengan adanya hot spot, layanan koneksi internet gratis, yang bisa dimanfaatkan pengunjung food court mereka.
Masakan Khas Batak
Kalau Anda gemar makan ikan, terutama ikan mas, Anda harus mencoba Nani Arsik dan Natinombur. Kelebihan kedua masakan ini terletak pada penggunaan bumbu yang khas Batak, seperti bawang batak, kincung, andaliman di samping bumbu lainnya seperti lengkuas, kunyit, bawang merah dan kemiri. Bumbu tersebut ditaruh di atas ikan yang sudah dibersihkan, kemudian diungkep sampai matang, jadilah nani arsik. Dengan bumbu yang sama, kemudian dibakar, jadilah Natinombur.
Selain di rumah makan daerah dan restoran khas batak di Medan, masakan ini dapat ditemukan di Hotel Tiara Medan. Bahkan, pihak hotel tak segan-segan menampilkan menu yang kabarnya jarang disediakan oleh rumah-rumah makan khas daerah di Medan.

Masakan khas Batak Toba ini bahan utamanya bisa dari ikan mas, ikan nila, ayam, atau daging. Nah, bumbu-bumbunya ini asli dari tetumbuhan Batak sehingga dia dinamakan masakan khas Batak. Jenis bumbunya seperti bawang Batak, arsik, andaliman, kincung, kemiri, lengkuas, kunyit, dan bawang merah. Cara memasaknya tergolong unik. Ikan dilumuri bumbu dulu baru diungkep sampai matang. Setelah matang pun, tidak boleh dibuka supaya keharumannya tetap terjaga," jelas Budi sang koki yang mengatakan lebih enak lagi kalau dimasak secara tradisional menggunakan kayu bakar.

Masakan Batak Toba yang bukan ikan, salah satunya adalah nani lomang. Bahan dasarnya ayam atau daging giling. "Digilingnya pun agak kasar, tapi jangan terlalu halus. Daging dimasak dengan campuran bumbu bawang putih, bawang merah, dan santan kental," katanya lagi.

Setelah dicampur bumbu, lantas dimasak dalam bambu muda. Maksudnya, "Dibakar seperti lemang. Waktu masaknya relatif singkat. Cukup satu setengah menit. Makanya aroma bambu harus terasa," ujarnya mantap. Ikan Mas Nati Nombur mirip dengan arsik. Cuma bumbunya tanpa kunyit. Setelah bumbu digiling, lantas disiram di atas ikan dan siap dibakar. emm yummy...

Anda punya pengalaman seputar kuliner Medan ???
Sumber:http://rahelsibayak.blogspot.com/2008/12/makanan-lezat-tidak-hanya-di-mall-dan.html




=============================================






Kamis, 29 Oktober 2009

Wisata Kuliner Itu Bakal Tergusur


Keberadaan Pujasera Pagaruyung diapit oleh sejumlah pertokoan merupakan satu lokasi wisata kuliner di Medan. Bahkan, dalam katalog pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan, Pagaruyung tercatat sebagai tujuan wisata di kota ini.
Dengan lapak tenda dan berderet kursi sederhana, kawasan ini menawarkan banyak menu makanan khas mulai  dari mie rebus, mie tiew, gado-gado, martabak, nasi goreng sampai makanan seafood hingga masakan modern lainnya. Meski menu yang ada cukup berkelas dan akrab dilidah, tetap saja harga yang ditawarkan terbilang ekonomis dan tentunya tak semahal yang ada di restoran.
Tempat jajanan ini diresmikan oleh mantan Wali Kota Medan, Bachtiar Jafar tahun 1995 lalu. Pendirian kawasan yang berada di di kawasan Jalan Zainul Arifin ini memperoleh Izin Prinsip dari Wali Kota Medan semasa kepemimpinan H Bachtiar Djafar pada 1995. Kemudian setelah itu, terbit pula izin dari PD Pasar. Selanjutnya, pada masa kepemimpinan Wali Kota Abdillah, Pujasera Pagaruyung dinobatkan sebagai satu tujuan wisata kuliner di Kota Medan.
Namun belakangan Pemko Medan di tangan Pj Walikota Rahudman berniat menggusur kegiatan perdagangan makanan itu. Sontak kabar ini membuat pedagang resah. Terlebih rata-rata pedagang hanya memiliki satu usaha itu saja. Akibatnya demonstrasi penolakan pun tak terhindarkan. Memang beberapa waktu belakangan Pemko Medan tengah giat-giatnya menertibkan pasar, namun pedagang tak pernah terfikir jika ikon wisata dapat digusur begitu saja.
Ramli, seorang pedagang di tempat itu mengaku kecewa dengan sikap yang diambil Pemko Medan. Sebab keberadaan mereka bukanlah seperti PKL yang asal main caplok di kawasan tersebut. “Kita di sini karena ada izin Walikota,” katanya.
Menurut Ramli, ramainya pengunjung karena kehadiran masyarakat dari luar kota ke Medan untuk liburan atau mudik dan datang ke Pagaruyung yang dikenal sebagai satu tempat wisata kuliner karenanya aneh jika Pemko kemudian menggusur tempat itu. “Kami harus kekmana lagi,” imbuhnya.
Rahmad pedagang lainnya pun mengatakan, jika alasan ingin membersihkan drainase kawasan itu saja, pihaknya juga bersedia melakukannya tanpa biaya. “Kalau mengorek parit biar kami saja,” katanya. Sebab kata dia, isu mengenai penggusuran itu sangat meresahkan pihaknya.
Isu penggusran itu sendiri kata dia muncul setelah keluarnya surat Lurah Petisah Tengah terkait penggusuran Pusat Jajanan Serba Selera (Pujasera) Pagaruyung di kawasan Jalan KH. Zainul Arifin Medan.

Dia menilai, perintah mengosongkan lokasi bertentangan dengan Izin Prinsip yang dikeluarkan Walikota Medan semasa kepemimpinan Walikota H. Bachtiar Djafar. Menurutnya, beberapa waktu lalu, para pedagang Pujasera Pagaruyung mengirimkan surat keberatan atas perintah pengosongan lokasi berjualan oleh Lurah Petisah Tengah, H. Azwar. Keberatan itu disampaikan kepada Wali Kota Medan dan PD Pasar dengan tembusan seluruh fraksi yang ada di DPRD Kota Medan.
Menurut Rahmad, keberatan yang disampaikan pedagang dikarenakan Izin Prinsip dari Walikota Medan semasa kepemimpinan H. Bachtiar Djafar pada 1995. Kemudian setelah itu, terbit pula izin dari PD Pasar. Selanjutnya pada masa kepemimpinan Walikota Abdillah, Pujasera Pagaruyung dinobatkan sebagai satu tujuan wisata kuliner di Kota Medan. “Karena ada izin kami keberatan digusur. Namun, kalau pun ada penataan, tata lah dengan cara yang menjunjung tinggi prinsip kemanusiaan,” ucap Rahmad.
Menanggapi itu, Sekda Pemko Medan Dzulmi Eldin membantah isu penggusuran itu. Menurutnya, surat lurah itu hanya untuk menertibkan keberadaan pusat jajanan itu semata. Disamping itu pihaknya juga ingin mengeruk material parit yang ada. “Kita tidak menggusur, kita hanya menata,” kata Eldin.
Dia mengakui, jika pedagang di tempat itu telah memiliki izin prinsip untuk berdagang di kawasan itu. Namun izin yang dikeluarkan Bachtiar Jafar itu hanya untuk pedagang buka tutup. Namun kenyataannya saat ini banyak kios permanen di bangun warga sehingga membuat kawasan itu tak tertata dengan baik. “Saya sudah baca suratnya dan itu harusnya buka tutup,” ujarnya.
Begitupun kata Eldin, pihaknya tak akan menggusur begitu saja jika pedagang mengembalikan kondisi usaha mereka sesuai SK tersebut. “Kita hanya berniat menata saja dan membersihkan paritnya saja,” tandasnya.
Hal senada dikatakan Camat Medan Petisah, Hana Lore, menurutnya pihaknya tak berniat mengusur selama pedagang tidak mengubah fungsi lahan itu jadi permanen. “Kita tidak mengusur. Namun itu ijin prinsipnya untuk kios buka tutup,” pungkasnya. Dia mengatakan, pihaknya hanya berniat membersihkan parit saja.
Sementara sebelumnya, anggota DPRD Medan Hasyim SE mengatakan, Pemko Medan harus serius menyelesaikan persoalan penggusuran yang belakangan ini marak termasuk memberikan solusi yang tepat. Kalau setiap pedagang kakilima (PKL) digusur, maka otomatis pedagang tidak memiliki mata pencaharian. “Ini juga kalau dibiarkan bisa mengakibatkan pembengkakan jumlah pengangguran dan meningkatnya premanisme,” ujar Hasyim.
Seharusnya, lanjut Hasyim, Wali Kota Medan Rahudman Harahap bersikap bijaksana dalam menangani masalah PKL ini. Menurutnya, pahami mana yang memiliki izin dan mana yang tidak memili izin. “Tetapi jangan pula izin tidak diberi, retribusi malah dikutip dan akhirnya digusur. Mau jadi apa Kota Medan ini,” pungkasnya.
Hal senada disampaikan Daniel Pinem. Menurut dia, Fraksi PDI Perjuangan sangat tegas menolak Surat Lurah Petisah Tengah yang berisikan perintah mengosongkan lokasi. Namun, kita tetap mengutamakan upaya dialogis untuk menyelesaikan persoalan ini.
Sumber:http://www.hariansumutpos.com/2009/10/wisata-kuliner-itu-bakal-tergusur.html


=============================================


Selasa, 27 Oktober 2009

Rasa Pekalongan di Aek Kuasan

Soto Pekalongan bukan hanya milik orang Jawa Tengah. Di Aek Kuasan, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara, Anda juga bisa menikmatinya.
Kalau Anda disodorkan kata “Soto Pekalongan”, asumsi yang segera terlintas di pikiran: makanan berkuah dan sebuah daerah di Jawa Tengah bernama Pekalongan. Yup, benar. Makanan beraroman gurih itu merupakan penganan khas daerah Pekalongan. Tapi, kita tak perlu jauh-jauh ke daerah tersebut untuk merasakan kelezatannya. Karena dia sudah ada di sekitar kita.


Salahsatunya terdapat di pinggir jalan negara Desa Leidong Timur, Kecamatan Aek Kuasan, Asahan. Daerah ini berjarak 1 kilometer dari Kota Aek Kanopan, Labuhan Batu Utara, Sumatera Utara.


Menemukan rumah makan yang menyediakan penganan ini tidak sulit. Dia berada persis di sebelah kiri lintasan, dan namanya Rumah Makan Soto Pekalongan. Dari namanya, kita pasti berpikiran bahwa pemiliknya orang Jawa.


Benar saja, sang pemilik rumah makan adalah seorang wanita cantik kelahiran 39 tahun silam, berasal dari Kota Padang Sidempuan, Tapanuli Selatan, yang merupakan keturunan Jawa. Beliau membuka rumah makan ini sejak tahun 2006 lalu.


Yanti, ibu 3 putri ini, membuka Rumah Makan Soto Pekalongan bukan tanpa alasan. “Saya merupakan generasi ketiga setelah orangtua saya. Sebelum menikah, beliau membantu orangtuanya berjualan Soto Pekalongan di Padang Sidempuan. Kami juga mempunyai resep keluarga yang diturunkan oleh nenek saya,” jelasnya.


Di rumah makan yang buka sejak pagi hingga malam ini, selain Soto Pekalongan yang menjadi menu andalan, kita juga dapat memesan dan menikmati hidangan sedap lainnya, mulai dari nasi remes, nasi putih ikan bakar, ayam bakar, udang galah dan ikan sungai yang diambil dari sungai Aek Kanopan, lengkap dengan lalapannya.


Apabila kita memesan satu porsi Soto Pekalongan, kita dapat mencicipi satu mangkok soto, satu piring nasi, ditambah satu piring kecil sambal kecap dan bergedel kentang, lalu ditemani sambal tempe goreng cabe ijo. “Sambal tempe merupakan ciri khas dari menu Soto Pekalongan,” kata Yanti, “karena di tempat lain tidak ada.”


Apalagi bila menyantapnya ditemani segelas jus kelapa muda yang merupakan minuman favorit di sini. Wah, Anda pasti akan puas dan ketagihan untuk kembali datang menikmati kelezatan racikan Yanti.


Untuk satu porsi Soto Pekalongan ditambah satu gelas jus kelapa muda, Anda tidak akan sampai dalam merogoh kocek: hanya Rp12.500 / porsi dan Rp3.000 / gelas. Cukup murah meriah, kan.


Dia mengatakan, untuk 3 bulan terakhir ini, omzetnya turun 50 persen. Diperkirakan, rata - rata hanya terjual 50 porsi / hari. Ini jauh beda dari bulan – bulan sebelumnya yang bisa mencapai 100-150 porsi per hari.


Hal ini disebabkan turunnya harga karet dan sawit di pasaran dunia, sehingga daya beli masyarakat sekitar lokasi tempatnya berjualan menurun. Di Kabupaten Labuhan Batu, rata – rata penduduknya merupakan petani sawit.


Untuk menjalankan usahannya, Yanti dibantu tiga karyawanya dan sang suami yang selalu siap untuk melayani tamu – tamunya. Karena dia berprinsip tamu adalah raja.


Bagaimana ? Anda tertarik untuk mencicipinya. Karenanya jangan lupa untuk singgah ke Rumah Makan Soto Pekalongan bila melintasi daerah tersebut. *
Sumber:http://www.pinbis.com/news_detail.php?id_berita=281


=============================================

smal note |quantumindonesia | tips sederhana pagerank | kopi kok tong | spyware and malware | komen dengan url | quantumindonesia blog | entrecard | backup blog | monetize your blog | house of book | medan business | house of book | pertamina : kerja keras adalah energi kita

Minggu, 25 Oktober 2009

Gubsu Harapkan Masyarakat Manfaatkan Potensi Kuliner Lokal

Medan,
Indonesia memiliki berbagai makanan tradisional yang bercita rasa khas. Karena itu, diharapkan masyarakat dapat menggali dan memanfaatkan potensi ini untuk mengembangkan bisnis kuliner di daerah ini.

Hal tersebut disampaikan Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) H Syamsul Arifin SE saat meresmikan Restoran Jimbaran II Medan, baru-baru ini.“Kita harus memperkuat daya tahan potensi lokal di seluruh sektor, termasuk di bidang kuliner. Kita memiliki hampir semua keunggulan komparatif lokal, yang jika dikelola dan didayagunakan secara komprehensif, bukan hanya digemari bangsa kita, bahkan diminati kalangan mancanegara,” ujarnya.

Didampingi Assisten Perekonomian Setdaprovsu Drs Djaeli Azwar, Kadis Perindag Sumut Drs HM Hasby Nasution, Kadis Koperasi dan UKM Jhony Pasaribu, Kepala Biro Umum Rajali dan Kadis Pariwisata Medan Syaifuddin, Gubsu mendukung semakin banyaknya dibuka rumah makan khas Indonesia di Sumut.

“Ini mendukung fasilitas kuliner metropolitan, sekaligus menyemarakkan kepariwisataan, khususnya wisata kuliner. Lagipula, cita rasa makanan khas Indonesia cukup lezat. Buktinya, semua tamu luar negeri yang datang kepada saya mengatakan makanan di Medan enak dan lezat. Orang luar aja bilang enak, lalu kenapa kita mesti latah-latahan gaya makanan yang belum tentu pas dengan selera kita,” ujarnya.

Meski begitu, kata Gubsu, restoran bergaya luar negeri dan bercitarasa internasional tetap diperlukan tumbuh banyak di daerah ini, sebab mereka yang memiliki cita rasa tertentu, apalagi orang luar, tidak sulit mencari makanan yang sesuai dengan seleranya. Hal ini akan mendukung kegiatan kepariwisataan.

“Hanya saja, kita hendaklah lebih fokus memasyarakatkan potensi kuliner kita sendiri, tanpa mengabaikan jika ada yang butuh dengan citarasa atau selera lain,” ujarnya dihadapan para pengelola Restoran Jimbaran II di Jalan T Amir Hamzah Medan tersebut diantaranya General Manager Erwin.

Gubsu mengemukakan kehadiran rumah makan merupakan bukti nyata Sumut, khususnya kota Medan sangat kondusif bagi investasi dan cukup prospektif terhadap pengembangan dunia usaha.

Dengan bertambahnya rumah makan representatif diharapkan dapat menjadi salah satu prioritas bagi para wisatawan, baik domestik maupun mancanegara, untuk berkunjung ke daerah ini, apalagi kepariwisataan kota Medan selama ini juga dikenal dengan mengandalkan kelezatan cita rasa makanan dan jajanannya.

Gubsu berharap dengan kehadiran rumah makan kota Medan semakin representatif sebagai kota metropolitan yang akan dapat mendorong berbagai sektor dunia usaha yang diharapkan dapat meningkatkan devisa negara, menambah pendapatan asli daerah dan pendapatan masyarakat serta terbukanya kesempatan lapangan kerja.

Khusus mengenai makanan, lanjutnya selain memiliki cita rasa tinggi dan khas diharapkan juga mempunyai aneka ragam pengemasan serta higienisnya hendaklah tetap diperhatikan.

Gubsu juga mengharapkan kepada manajemen rumah makan tetap mempertahankan aspek-aspek sosial, khususnya penerapan ‘community development’ yang baik agar masyarakat sekitar dapat merasakan bahwa kehadiran sarana ini merupakan bagian dari milik mereka, sehingga masyarakat dapat menjaga dan mengamankan keberadaan fasilitas ini.

Source:http://www.bainfokomsumut.go.id/detail.php?id=4408


=============================================

smal note |quantumindonesia | tips sederhana pagerank | kopi kok tong | spyware and malware | komen dengan url | quantumindonesia blog | entrecard | backup blog | monetize your blog | house of book | medan business | house of book | pertamina : kerja keras adalah energi kita

Jumat, 23 Oktober 2009

Ini Daftar Rekomendasi Kuliner di Kota Medan Lho..!


Medan emank penuh makanan multietnik, dari masakan aceh, Timur Tengah, India, Chinese, Melayu-Mandailing, Batak, dll...

Sebagai tambahan wisata kuliner di Medan, berhubung saya sudah 3 bulan di Medan maka saya coba sampaikan sebagai berikut untuk direkomendasikan:

- Bakmie = Bagan ( di pasar beruang, jl.Komodo--> murah lagi enak dan kenyangin!), A-Wai, Bakmie Hokkian atau Tongsim di jl.Selat
- Nasi goreng ala Aceh di jalan Wajir, dan kudapan Indo lain di jalan Wajir (seperti seafood dan nasi uduk).
- Jl. Semarang tuk kudapan Chinese seperti nasi ayam yang yahui, tidak ketinggal cobain deh martabak kering khas di sini. mau yang lebih classy plus wi-fi, datanglah jke area Merdeka Walk.
- Rumah Makan Semalam Suntuk di jl. Putri Hijau (depan Rumah Sakit Tentara) --> terkenal akan ayam popnya
- Soto? Jelas Rumah Makan Purwodadi di Pulo Brayan jaminannya tuk soto ayam yang gurih setengah mati. Soto lain yang tidak pernah sepi pengunjung adalah Soto Sinar Baru di jl.Gatot Subroto, aroma ni soto kayak kuah-kuah kari getu jadi agak unik aja..
- Kwetiau yang terkenal adalah Kwetiau Ateng tuh...(klo ga salah di jl.Sumatra)
- Kampung Keling = macem-macem deh makanannya, termasuk sate Padang, martabak India-Mesir nya. Cuma hati-hati karena harga sering dimainkan jika mereka melihat yang makan kaum perlente!
- Mie Kepiting Aceh, oooh tentunya Titi Bobrok yang paling terkenal. Sebagai alternatif, cobain aja kedai Mie Aceh pinggir jalan di jl.Sisimangaraja (seberang toko roti Surya)
- Buat yang kangen makanan ala Sunda, hajar aja ke Resto Koki Sunda yang yahuii punya..

Nah tak ketinggalan oleh-oleh wajib di Medan :
- Duren Cake yang luar Biasa enak dan dureen banget di Taipan
- Toko snack oleh-oleh khas Medan "ASLI"
- Bolu MERANTI yang tersohor dan langganan Artis
- Bika Ambon : untuk merk yang enak relatif se, tergantung selera --> langganan saya antara Zulaekah dan Acin tuh..Sekalian beli sirup Markisa aja
- Bolu Siphon full kacang yang ueenak di Toko Roti Surya jl.Sisingamaraja
Sumber:http://www.wikimu.com/News/DisplayNewsWisata.aspx?id=9233&post=1


=============================================