Sabtu, 28 November 2009

Bisa juga Medan dinobatkan jadi kota gudangnya makanan.Lihat saja, hampir di setiap sudut kota ini ada saja penjual makanan. Bahkan, hampir setiap bulan ada saja tempat makanan baru yang muncul. Nampaknya, bisnis kuliner memang jadi lahan bisnis yang cukup manis sehingga banyak orang tertarik untuk terjun menekuni bisnis ini.Dalam sebuah kesempatan bincang-bincang dengan pengusaha empek-empek Sriwijaya, Janice, beberapa waktu lalu dia menyebut faktor kreativitas untuk menghadirkan citarasa berbeda dan disukai konsumen menjadi modal paling penting dalam membangun bisnis kuliner. Pengusaha yang sudah mempunyai 14 cabang di Kota Medan ini mengatakan kemauan juga menjadi modal utama bagi pemula yang ingin memulai bisnis kuliner.
Kreativitas artinya, bagi yang ingin serius meniti usaha ini (di luar kuliner franchise-red) tentu harus punya keterampilan dalam memasak makanan enak dan keterampilan itu perlu untuk terus dilatih sampai mahir hingga pada titik tertentu mampu menghasilkan masakan yang memiliki standar citarasa tersendiri.
Itu sebabnya, menurut Janice, bisnis kuliner adalah bisnis yang bisa dijalankan di rumah dengan modal seadanya. "Untuk mulai menekuni bisnis kuliner bisa dicoba dari rumah, mungkin dengan menerima pesanan makanan dari acara teman," terang istri dari Brilian Mochtar ini sembari menceritakan sekelumit kisah perjalanan usahanya yang juga dulunya diawali dengan menerima pesanan makanan dari acara ulang tahun teman dan kerabat.
Keberanian untuk menerima kritik juga bisa dijadikan pendorong untuk terus berkreativitas. Soal ini Janice juga menyarakankan sebagai pemula yang punya keinginan berbisnis kuliner jangan segan-segan menyodorkan hasil masakan kepada keluarga atau kerabat sebagai tim penilai.
*promosi lewat jaringan
Hal sama juga disampaikan pengusaha rumah makan Minang Permai yang berlokasi di Jalan Setia Budi, Medan, Bakhtiar Effendi. Keberaniannya merintis bisnis rumah makan minang karena ia optimis pasar bisnis ini tidak akan pernah mati. "Makan itu kebutuhan pokok jadi konsumen pasti selalu ada," ujarnya. Mengelola bisnis kuliner tentu juga memiliki tantangan sendiri.Apalagi pelaku usaha di sektor ini terbilang sangat banyak. Artinya persaingan di bisnis kuliner memang sangat ketat.
Citarasa tentu menjadi andalan utama untuk bisa bersaing dengan para pesaing sejenis. Dan hal ini diyakini Bakhtiar Effendi. Meskipun sama-sama menawarkan masakan minang, menurutnya, citarasa yang dihasilkan dari juru masak yang berbeda akan berbeda juga rasanya. "Rumah makan saya ini berusaha ikut mewarnai aneka ragam citarasa itu," tukasnya. Menu khas juga penting untuk membedakan antara usaha makanan yang satu dan lainnya. Rumah makan minang permai milik Bakhtiar misalnya, mengandalkan rendang jengkol dan pepes yang agak sulit dijumpai di tempat lain. Menu khas ini menjadi daya pikat orang untuk datang mencoba.
Selain itu faktor harga juga selalu menjadi perhatian konsumen untuk menentukan pilihan membelanjakan uangnya ke mana. Memberikan harga pantas dan bersaing menurut Bakhtiar juga menjadi perhatiannya dalam menjalankan bisnis rumah makannya ini.
Sumber:http://www.pemkomedan.go.id/news_detail.php?id=3497


=============================================

smal note |quantumindonesia | tips sederhana pagerank | kopi kok tong | spyware and malware | komen dengan url | quantumindonesia blog | entrecard | backup blog | monetize your blog | house of book | medan business | house of book | pertamina : kerja keras adalah energi kita

Rabu, 25 November 2009

Jalan Gagak Hitam Ring Road : alternatif kuliner di Medan


Medan..siapa yang tak kenal dengan kota ini. Kota yang diperkirakan telah dihuni lebih dari 2 juta orang, sangat dikenal dengan slogan "Ini Medan Bung". Adanya campuran dari berbagai budaya dan masing-masing masih menjaga kelestarian akan identitasnya, turut memperkaya budaya kota ini, termasuk budaya kuliner. Sebut saja dari Melayu, Jawa, Batak, Tionghoa, Minang, India, Aceh, hingga ada yang dari daratan Eropa/Amerika (meskipun jumlahnya tidak spesifik). Masing-masing datang dengan budayanya sendiri-sendiri, sehingga tidaklah heran kota ini kaya akan budaya (kuliner).  Contoh beberapa kuliner dari kota ini : Soto Medan, Mie Aceh, Misop, Kari Ayam atau Kari Lembu (Sapi), Sop Sumsum, Kwetiauw Belacan Medan, Lontong Sayur, Bihun Bebek, Nasi Lemak, Sate Padang, dan lain-lain. Belum lagi kita berbicara mengenai oleh-oleh, seperti Bika Ambon, Bolu Gulung/Meranti, Sirup Markisa, dan tentu saja tidak ketinggalan duren/durian.
Kuliner khas Medan tersebut dapat dengan mudah ditemukan di berbagai sudut kota maupun di 'pusat-pusat' kuliner misalnya di Jalan Selat Panjang dan Jalan Semarang (untuk berbagai makanan Tionghoa), di Kampung Keling (sekarang Kampung Madras) yang identik dengan masakan dari India, kawasan Padang Bulan (kuliner BPK = Babi Panggang Karo), kawasan Dr. Mansur dengan berbagai jenis makanan, tradisional maupun modern, di Merdeka Walk, Kesawan Square (saat ini sedang mati suri) dan lain sebagainya.
Beberapa tahun belakangan ini, Medan mulai "diserbu" oleh makanan dari luar, khususnya Jakarta dan Pulau Jawa. Mulai dari bakso, mie kocok bandung, martabak manis, sampai yang sekarang sedang 'in' ayam penyet. Salah satu kawasan yang sangat berkembang dan memiliki kemungkinan menjadi pusat kuliner alternatif adalah di Jalan Gagak Hitam/Ring Road. Ruas jalan ini merupakan bagian dari Outer Ring Road yang terletak di antara perempatan Jalan Gatot Subroto dan perempatan Setia Budi. Banyak perumahan yang cukup mewah di sini, diantaranya Tasbih (Taman Setia Budi Indah).
Lokasinya bisa dilihat di peta berikut ini :
Gagak Hitam Medan
Di sepanjang Jalan Gagak Hitam/Ring Road ini banyak kita temukan aneka makanan yang sebagian besar berasal dari luar Medan. Iseng-iseng saya coba mendata makanan atau rumah makan apa saja yang sudah buka di sepanjang jalan ini. Saya menemukan : Ayam Penyet Joko Solo, Ayam Gebrug Citra Solo, Ayam Penyet Sidoarjo, Ayam Petis Cinde Laras, Ayam Kremes Bandung, Ayam Presto, Sop Konro/Coto Makasar/Konro Bakar Saudara, Sop/Sate Kambing Betawi, Iga-iga Bakso, Bakso Gepeng, Indonesia Bakso, Bakso Kepala Sapi (kepala sapi di sini, nama rumah makannya), Miranti Ayam Bakar Bumbu Bali, Ikan Bakar, Mie Ayam Jamur, Mie Goyang Joko Moro, Obonk Steak, Burung Goreng dan Nasi Goreng Mas Pur, Dimsum, Nasi Uduk dan Seafood model tenda, Nasi Uduk Gondangdia cabang Medan, Siomay Bandung, Pempek, Bubur Ayam Jakarta, Aneka Serabi Bandung, dan lain-lain. Tidak ketinggalan resto cepat saji Mc Donald dan KFC juga ditemukan di sini. Yang cukup ramai pengunjungnya adalah Ayam Petis Cinde Laras dan Iga-iga Bakso.
Tentu yang asli khas Medan, dapat kita temukan di sini, seperti Mie Aceh, Sate Padang Danguang-danguang, Regge Corner Lontong Malam, serta tak ketinggalan Bandrek Pak Said. Di sepanjang Jalan Gagak Hitam Ring Road ini juga kita bisa temukan penjual jagung bakar (yang biasanya buka mulai sore sampai malam hari). Di jalan ini juga ada sekitar 2 lapangan futsal dan 4 pomp bensin termasuk Petronas (yang ini jelas ngga ada hubungannya dengankuliner..hehe).
Mungkin satu saat nanti - entah melalui jalur franchise atau bukan - tidaklah heran jika kita akan menemukan nasi uduk Tanah Abang, Nasi Goreng Kambing Kebon Sirih, Soto Sulung, Soto Pak Sadli, Soto Kudus, Soto Gebrak, Bubur Sukabumi, Soto Betawi, Ketoprak, Timlo Solo, Soto Surabaya, Lontong Balap dan Kupang dari Surabaya, serta aneka makanan lainnya membuka cabangnya di sini, dan turut memperkaya ragam kuliner di Medan.
Bagaimana dengan cita rasanya? Saya sempat mencicipi Bubur Ayam Jakarta. Menurut mas penjual yang mengaku berasal dari Serang, Banten dan baru 5 bulan di Medan, dialah satu-satunya bubur ayam Jakarta yang buka di sana. Bubur yang disajikan tidak menggunakan bumbu kuning, kacang kedelai goreng dan tidak ada jeroan/telor dalam bentuk sate yang biasa dijual oleh penjaja bubur ayam di Jakarta. Demikian juga dengan Siomay Bandung, belum mendekati rasa Siomay Bandung. Mungkin kalau kuliner ini hasil dari franchise, cita rasanya bisa sama :-)
Pemko Medan sepatutnya mengelola kawasan ini secara baik, untuk menghindari adanya masalah dikemudian hari (contohnya para penjual jagung bakar, yang memanfaatkan kaki lima sebagai tempat usaha mereka). Kawasan ini akan terus berkembang, para pemilik modal - baik yang cinta kuliner maupun tidak - akan mencoba keberuntungannya dengan membuka rumah makan di lokasi ini. Jika saja kawasan ini dikelola dan ditata dengan baik, maka tidak tertutup kemungkinan bisa menjadi jalan/pusat kuliner terpanjang di Medan dan siapa tau bisa menjadi ikon kota Medan.
Nasi Uduk Gondangdia Ayam Gebruq
Bakso Gepeng Masto Ikan Bakar
Jagung Bakar Bubur Ayam Jakarta
PS: Nama jalan Gagak Hitam saya ambil dari peta Navigasi.net, bagi yang mengetahui lebih tepat nama jalan ini Gagak Hitam, mohon koreksinya.
Sumber:http://budiawan-hutasoit.blogspot.com/2009/08/jalan-gagak-hitam-ring-road-alternatif.html


=============================================


Jumat, 20 November 2009

Wisata Kuliner Kampung Keling -Medan

Ceritanya lebaran kemarin mudik ke Medan. Bukan kampung asal suami sih, tapi dari dahulu keluarga besanya ada disana. Dasar sama-sama suka mencoba makanan ini-itu, alhasil mendarat Medan kebetulan hari akhir puasa kita langsung menyusur tempat makan enak. Tapi karena besok udah lebaran yang ada warung-warung makan udah pada tutup.

AKhirnya suami bawa saya ke daerah Kemapung Keling. Terkenal dengan jajanan ala India, that's why dinamakan kampung keling.

Lapar perut iya, lapar mata apalagi. Melihat aneka jajanan. Nggak heran kami pesan aneka makanan sangking pengen coba semua menu.

Martabak India keling, Roti cane kuah kare, mie kocok ala Medan India. dua makanan utama, cucok banget sama perut dan lidah saya, enak banget, apalagi bumbu kare-nya, ambooyy..rempah banget. Tapi untuk mie kuah kocok nya saya kuran cocok. Terlalu kental dan nuansa telur mentahnya terlalu terasa. Oia kita juga pesan sate kerang yang menjadi makanan khas medan juga.

Untuk minuman, tadinya saya mau pesan minuman biasa aja, eh melihat suami pesan Jus Terong Belanda khas Medan yang asli di jus langsung dari buahnya, saya jadi tergoda. Alhasil kami sama-sama pesan juice dengan rasa manis-manis asem segar.


Malam itu judulnya kekenyangan dengan puas. ;-)

Sumber:http://purplelade81.multiply.com/photos/album/44/Wisata_Kuliner_Kampung_Keling_-Medan


=============================================

smal note |quantumindonesia | tips sederhana pagerank | kopi kok tong | spyware and malware | komen dengan url | quantumindonesia blog | entrecard | backup blog | monetize your blog | house of book | medan business | house of book | pertamina : kerja keras adalah energi kita

Minggu, 15 November 2009

Jalan Dr. Mansyur jadi pusat kuliner

Jalan Dr Mansyur Medan, lambat laun dan pasti berubah menjadi kawasan bisnis kuliner di Kota Medan. Kawasan yang dekat dengan Kampus USU ini semakin menunjukkan jati dirinya sebagai pusat bisnis kuliner dan mampu menarik pengunjung ratusan hingga ribuan pengunjung setiap hari.Dari pantauan MedanBisnis di lokasi tersebut, khsususnya di sekitaran gedung Yayasan Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Amerika (YPPIA), setidaknya ada 20-an pondok atau warung makanan di sana.
Di antaranya terlihat gerai Mie Ayam KQ-5, Chocolate, Warung Ijo, Lubuk Arai, Bakso Lapangan Tembak Senayan, Triboy, Pondok Dia, Café Pasir Putih, D’News Café, dan Gardenia.
Semua gerai kuliner itu tampil dengan dekorasi artistik etnik modern. Sejumlah warung makanan tersebut tampak selalu ramai dikunjungi. “Bagi konsumen supaya mau datang ke mari adalah makanannya yang enak dan bervariasi, dan yang paling penting adalah harganya cukup terjangkau,” kata Sihar, salah satu pengunjung di Pondok Dia, saat ditanyai Selasa (19/5).
Sihar mengaku datang bersama teman-temannya untuk makan siang. Ini adalah kali pertama ia datang ke Pondok Dia. Biasanya ia memang menggilir salah satu warung di kawasan itu untuk tempat nongkrong. Menu berbagai aneka nasi goreng olahan menjadi daya tarik warung itu. Ia memang sengaja berganti-ganti tempat untuk berburu makanan enak. “Anak muda itu suka nongkrong. Syaratnya tempat harus nyaman, makanannya enak, dan harganya terjangkau,” tambah Sihar.
Sihar memilih kawasan Dr Mansyur sebagai lokasi tongkrongannya, karena selain dekat dengan tempat kos dan kampusnya, dia juga menemukan keakraban di tempat itu. Terutama ketika musim nonton (sepak bola) bersama.
Sejumlah warung dan café di kawsan itu sengaja menyediakan LCD berlayar lebar untuk nonton bareng supaya menarik minat pengunjung, terutama kalangan mahasiswa.
Jadi tidak heran jika beberapa warung di sana buka dari pagi hingga dini hari. Di warung Mie Ayam KQ-5 lain lagi. melihat kebiasaan di sana, setiap siang hingga sore banyak pengunjung yang datang berseragam sekolah. Menu mie ayam menjadi sasaran para pelajar tersebut sebagai pengganti makan siangnya.
“Memang biasa makan di KQ-5 sepulang sekolah bersama teman-teman, tapi tidak setiap hari. Kadang di Bakso Lapangan Tembak, kadang juga di café Chocolate kalau pengen makan yang manis-manis, ” ujar Sari, salah seorang pengunjung KQ-5, saat ditemui MedanBisnis di gerai penjual aneka mie tersebut.
Pelajar di SMKN 8 Medan ini sering jajan di kawasan Dr Mansyur. Selain tempatnya keren, dia juga bisa cuci mata bersama teman-temannya. “Kebanyakan sering datang sore, habis ekskul di sekolah. Suasananya yang tidak begitu ramai dan tertata baik membuat kita betah dan sering datang ke sana,” tandasnya.
Source:http://www.pemkomedan.go.id/news_detail.php?id=2906


=============================================

smal note |quantumindonesia | tips sederhana pagerank | kopi kok tong | spyware and malware | komen dengan url | quantumindonesia blog | entrecard | backup blog | monetize your blog | house of book | medan business | house of book | pertamina : kerja keras adalah energi kita

Selasa, 10 November 2009

Bihun Bebek Kumango, Medan




Bihun ini sangat terkenal di Medan. Pengunjungnya ramai bukan main. Sejak kedai dibuka pada pukul 6 pagi , pengunjung tak henti berdatangan hingga pukul 12 siang. Jadi Anda harus maklum jika pesanan agak lama datangnya. Untuk memperoleh kursi pun mesti antre. Maka tak sedikit dari , pembeli yang langsung meminta dibungkus untuk dibawa pulang
Hidangan ini berisi bihun yang dimasak sebentar saja, hingga masih kenyal. Kemudian diberi saus khusus, sawi dan ditaburi potongan daging bebek yang cukup banyak. Dagingnya begitu empuk karena , direbus cukup lama. Lalu ditaburi bawang putih goreng dalam jumlah banyak.
Rasa bawang putihnya memang dominan. Lalu disajikan dengan semangkuk kuah yang gurih sekali. Walaupun sudah ditaburi bawang putih, Anda masih nendapat semangkuk lagi bawang putih goreng. Soalnya banyak yang suka gurihnya bawang putih goreng ini, jelas Bpk. Simin (40), pemilik kedai ini. Jika suka, Anda bisa ditambahkan hati, ampela, dan telur ayam di dalam kuahnya. Sebagai pelengkap, tersedia garam, sambal, acar cabai hijau, merica, dan kecap asin.
Kedai mungil ini berkapasitas 30 pengunjung. Simin mengaku me-neruskan usaha dari ayahnya, Bpk. Cokroaminoto yang sudah berjalan 40 tahun. Dalam sehari, is bisa menghabiskan 30 ekor bebek. Meski demikian, sebaiknya datanglah agak pagi jika hendak mencicipinya. Biasanya pada pukul 11 siang semua hidangan sudah ludes. Letak kedainya di JI. Kumango no. 15. Telp (061) 4512517.
Source:http://www.nyonyakost.web.id/2008/07/bihun-bebek-kumango-medan.html


=============================================


Jumat, 06 November 2009

Es Campur Medan, Sajian Multi Kuliner

Es campur yang merupakan sajian minuman khas Kota Medan, bisa jadi adalah bentuk percampuran budaya multi kuliner di daerah itu.

Es campur yang berisi cendol, kacang merah, tape, lengkong, delima dan santan merupakan perwakilan simbol dari ragam corak etnis di Sumatera Utara, seperti Cina, Melayu, Jawa dan India, kata Ketua Pusat Studi Sejarah dan Ilmu Sosial (Pussis) Unimed, Dr. Phil Ichwan Azhari kepada ANTARA di Medan, Jumat (12/6).

"Es campur merupakan minuman khas Kota Medan yang tidak terdapat di daerah lain," katanya.

Ia menambahkan, dari ragam isi es itu tampak perpaduan dari berbagai tradisi dan budaya yang semua bercampur menjadi satu.

Simbol tersebut antara lain, cendol merupakan simbol dari Jawa, delima dari Melayu, lengkong dari Cina dan santan dari India. "Minuman ini cukup unik dipandang dari sisi budaya dengan perpaduan yang menarik,"

Sumber:http://m.kapanlagi.com/h/es-campur-medan-sajian-multi-kuliner_1.html


=============================================

smal note |quantumindonesia | tips sederhana pagerank | kopi kok tong | spyware and malware | komen dengan url | quantumindonesia blog | entrecard | backup blog | monetize your blog | house of book | medan business | house of book | pertamina : kerja keras adalah energi kita

Senin, 02 November 2009

Nasi Galung, Komplet, Enak, Murah Lagi!

Jika Anda penyuka hidangan pedas, nasi rames khas Pematang Siantar ini wajib untuk dicoba. Ada nasi galung yang disajikan dengan tumis suun , gulai kubis dan kentang dan teri tawar goreng yang krenyes krenyes... plus sambal tauco cabai hijau yang dijamin membuat Anda terengah-engah kepedasan. Makin lengkap dengan paduan lauk rending daging, paru goreng dan ikan pari goreng yang renyah gurih!

Siang itu teman saya yang pengemar masakan Medan mengajak untuk mencicipi nasi galung favoritnya di bilangan Pluit. "Nasi Galung? Makanan kayak apa sih itu?” begitulah kira-kira komentar yang keluar dari mulut saya ketika diajak menyambangi RM Galung ini. Maklum, saya sendiri tidak pernah mencicipi makanan Pematang Siantar ini. Bermodal rasa penasaran dan di-
kompori oleh teman-teman, akhirnya jadilah saya bersama teman-teman berangkat menuju bilangan Pluit, Jakarta Utara.

Setelah berkutat cukup lama di kepadatan lalu lintas (maklum cukup jauh dari kantor), sampailah kami di RM Makan Galung di bilangan Taman Pluit Kencana. Persis seperti rumah makan Padang, aneka masakan digelar di dalam baskom-baskom di lemari  kaca. Dengan cekatan sang pelayan meracik hidangan yang kami minta, yaitu nasi galung dan aneka lauk tambahan lain yang dapat dipilih sendiri. Antara lain, ayam goreng, paru goreng, rendang, perkedel kentang, babat sapi, kepala ikan manyung, tahu tauco dan masih banyak lainnya.

Belum lagi makanan kami sampai ke meja, mata saya sempat tertumbuk dengan tulisan ‘Miso Ayam dan Rujak Tahu’ yang ditempel di etalase terpisah. "Miso ayam? Wah makanan apa lagi nih," pikir saya. Nama Miso mengingatkan saya pada miso Jepang (fermentasi kedelai yang dihaluskan dan dipakai sebagai bahan utama sup miso). Wah, masak miso Jepang sampai Medan ya? Tanpa pikir panjang, saya pun memesan seporsi Miso Ayam. Sedangkan teman yang lain memesan rujak tahu plus tambahan es buah dan es Johor yang sangat enak jika diminum di tengah teriknya panas hari ini.

Mungkin bagi orang Medan yang tinggal di Jakarta, nasi galung tak asing lagi. Ya, ternyata nasi galung ini mirip nasi 'rames' karena langsung dicampur dengan aneka lauk pauk dalam satu piring. "Nasi galung biasanya diberi topping wajib berupa tumis suun, teri putih goreng, gulai kubis (berisi irisan kentang dan kol), sambal tauco plus semangkuk kecil sambal cabai hijau," ujar teman saya menjelaskan. Benar saja, semua yang disebutkan persis seperti hidangan yang ada di hadapan saya. Untuk lauk tambahan, saya juga sempat memesan seporsi rendang sapi dan juga ikan pari goreng. Hidangan ini disajikan di atas daun singkong rebus, persis rumah makan Padang. Aroma kari lamat-lamat menusuk hidung. Wuih... sedap nian!

Suapan pertama langsung membuktikan bahwa hidangan ini memang patut diacungi jempol. Paduan soun goreng, gulai kubis dan kacang panjang dengan bumbu tauco ini membentuk harmoni rasa asin, gurih, pedas plus aroma tauco yang unik. Rendang dagingnya empuk walaupun rasa pedasnya ternyata tak begitu 'nendang' seperti rendang khas Padang. Sedangkan ikan pari, digoreng sangat garing sehingga terasa keriuk-keriuknya... begitu pula dengan teri tawar goreng yang dicocol dengan sambal hijau. Hmm..meskipun sedikit pedas menggigit tetapi racikan bumbu yang beraroma kari pada kuah gulai dan aroma tauco pada sambalnya benar-benar serasi dan unik!

Untuk meredakan rasa pedas, saya pun langsung mencomot es Johor yang telah tersedia di meja. Huahh... suegerrr!!  Sebenarnya es Johor ini agak mirip dengan es campur, bedanya memakai kuah dari santan dengan topping serutan es yang diberi gula merah dan sirup berwarna merah menggoda. Isinya terdiri dari tapai singkong, cincau, cendol, kacang merah , kacang ijo dan sagu. Berbeda dengan es buah yang isinya berupa buah-buahan seperti kelengkeng, cincau, anggur, dan cocktail (semangka, nenas, lyche,dll) dan selasih dengan rasa yang manis pula. Keduanya pas buat penawar rasa pedas.

Miso ayam yang bikin penasaran ternyata tampilannya mirip soto. Kuahnya cokelat sedikit kemerahan dengan aroma kari yang lembut dan panas mengepul! Isinya mi kuning, bihun, perkedel kentang , suwiran  ayam goreng plus taburan kerupuk, bawang goreng dan seledri. Rasa kuahnya sungguh eksotik, pedas, gurih dengan aroma kari yang lembut. Sangat pas disantap dengan satai kerang. Mungkin inilah jejak pengaruh India pada kuliner Medan yang sangat cantik. Rujak tahu sengaja kami nikmati terakhir. Isinya daun selada, tauge potongan tahu kuning dan disiram kuah kecokelatan mirip cuko mpek-mpek. Dilengkapi taburan kacang tanah goreng. Rasanya sangat segar, kuah yang manis pedas dan gurih memang mirip cuko dan sangat pas dipadu dengan tahu yang lembut gurih. Wah, kami benar-benar kekenyangan dan puas dengan pilihan menu makan siang ini.

Seporsi nasi galung plus tambahan dua lauk (rendang dan ikan pari) hanya dihargai Rp 23.000,00. Untuk miso ayam cukup membayar Rp 9.000,00 dan seporsi rujak tahu Rp 10.000,00. Sedangkan masing-masing es buah dan es Johor dihargai Rp 8.000,00 per mangkuk. Wah, tak rugi rasanya kami jauh-jauh menyambangi rumah makan ini. Ternyata, selain mantap rasanya... mantap juga harganya!!

Rumah Makan Galung
Jl. Taman Pluit Kencana No.2 Pluit, Jakarta Utara
Telp: 021-6605915
Jam Buka : 9.30-21.00
(Senin Tutup) ( dev / Odi )

Sumber:http://food.detik.com/read/2007/11/30/093403/859743/288/nasi-galung-komplet-enak-murah-lagi

=============================================

smal note |quantumindonesia | tips sederhana pagerank | kopi kok tong | spyware and malware | komen dengan url | quantumindonesia blog | entrecard | backup blog | monetize your blog | house of book | medan business | house of book | pertamina : kerja keras adalah energi kita

Sabtu, 31 Oktober 2009

Wisata Kuliner di Kota Medan


Ada mie tiau enak di kota Medan. Salah seorang penjualnya yang cukup dikenal di kota Medan adalah Machmud Siregar. Warungnya terletak di Jalan Abdullah Lubis, persis di depan Masjid Abdullah Lubis. Selain mie tiau, Machmud menjual sekitar 76 masakan lain di warungnya.
Pengamatan Penulis, warung Mahmud ramai dikunjungi setiap harinya. Menu khas yang paling terkenal adalah mie ayam jamur. Menurut seorang kokinya, campuran bumbu kuetiaw berupa bawang putih, bawang merah, merica, cabe giling, dan jahe. Agar lebih sedap lagi ditambahkan daun bawang, kol, sawi, dan tomat. Semua bumbu itu ditumis lalu ditambahkan telur. Setelah itu baru dimasukkan mie tiau, kecap, dan bumbu penyedap. Sebagai pelengkap, ditambahkan kerupuk, timun, dan ayam yang disuwir-suwir atau udang, dan bakso. Mie tiau biasa disantap bersama acar agar lebih enak. Harganya jangan kuatir, masih bisa terjangkau kocek dan rasanya sangat lezat.
Kalau mau makan mi rebus keling, hmmm… bisa ditemukan di seputar kawasan Kampung Keling,Medan. Letaknya di Jalan Pagaruyung yang mulai buka sejak sore hingga larut malam dan menjadikannya sebagai salah satu kawasan jajanan malam di kotaMedan. Salah satu penjualnya adalah Budi. Ia menjajakan dagangannya di belakang Hotel Tiara Medan.

Bahan dasar mie ala Budi sama seperti mie rebus biasa. Namun ke dalamnya ditambahkan taoge, selada, irisan kentang, tahu, ketimun, telur, serta ditaburi seledri dan kerupuk. Sebagai pelengkap, bisa ditambahkan perkedel jagung atau rempeyek. Semua itu disiram dengan saus khusus.

Saus inilah yang memberi ciri khas pada mie keling. Bahan dasarnya terdiri dari udang giling plus bumbu-bumbu lain. Untuk mengentalkannya digunakan tepung kanji. Bumbu saus mie keling memang istimewa. Konon, resepnya juga asli diciptakan nenek moyang masyarakat Keling di India. Sekedar info bagi anda yang bukan warga Medan, "orang keling" yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah mereka WNI keturunan India yang berkulit hitam dan memiliki komunitas cukup banyak di kota Medan.

Dari harga jual Rp. 1.000,- per porsi dulunya, sekarang harga mie Keling sudah menjadi Rp. 3.500 per porsi. Setiap hari dagangan Anton bisa laku 200 - 300 piring. Untuk itu dibutuhkan kira-kira 10 - 15 kilogram mie. Satu kilogram mie bisa menghasilkan 15 piring.
Wisata Kuliner di Mall
Beragam jenis makanan juga merambah ke pusat-pusat belanja modern atau mall, yang menawarkan aneka racikan kuliner khas Sumatera Utara, masakan Indonesia hingga hidangan dari berbagai belahan dunia.
Tempat shopping di kota Medan telah menjadi sarana belanja kuliner dalam bentuk warung, cafe hingga area khusus makanan yang lazim disebut food court. Plaza Medan Fair memanfaatkan kesempatan ini sebagai sarana wisata dan bermain keluarga. Di plaza ini makanannya lengkap dan nikmat, Medan FairPlaza memang menjadi pilihan salah satu lokasi wisata kuliner di Kota Medan.

Di Plaza Medan Fair tersedia counter fast food ternama seperti KFC, A&W, Pizza Hut dan lainnya. Sedangkan dilantai empat, terhampar area food court yang luasnya sekitar 1.000 meter2. Di area ini, Anda bisa menikmati beragam menu masakan tradisional, chinese dan internasional.Ada counter seperti bakmi raos, pondok selera, traditional food dan jenis makanan lainnya.
Di lantai duanya tersedia exebition cafe yang menghadirkan gerai-gerai branded yang cocok untuk dinikmati seperti Kilinei, Kopi Tiam, Roti Mom, Baskin Robin, Bengawan Solo Coffee dan lainnya. Ada juga warung Solaria yang menyediakan beragam menu makanan dan warung khusus makanan Thailand bernama Thai Express.
Food court Plaza Medan Fair dirancang dengan nuansa yang lapang dan menghibur. Tersedia big screen dengan jaringan TV kabel Astro, bisa berkaraoke dan dijadwalkan setiap akhir pekan ada live band. Suasana makin lengkap dengan adanya hot spot, layanan koneksi internet gratis, yang bisa dimanfaatkan pengunjung food court mereka.
Masakan Khas Batak
Kalau Anda gemar makan ikan, terutama ikan mas, Anda harus mencoba Nani Arsik dan Natinombur. Kelebihan kedua masakan ini terletak pada penggunaan bumbu yang khas Batak, seperti bawang batak, kincung, andaliman di samping bumbu lainnya seperti lengkuas, kunyit, bawang merah dan kemiri. Bumbu tersebut ditaruh di atas ikan yang sudah dibersihkan, kemudian diungkep sampai matang, jadilah nani arsik. Dengan bumbu yang sama, kemudian dibakar, jadilah Natinombur.
Selain di rumah makan daerah dan restoran khas batak di Medan, masakan ini dapat ditemukan di Hotel Tiara Medan. Bahkan, pihak hotel tak segan-segan menampilkan menu yang kabarnya jarang disediakan oleh rumah-rumah makan khas daerah di Medan.

Masakan khas Batak Toba ini bahan utamanya bisa dari ikan mas, ikan nila, ayam, atau daging. Nah, bumbu-bumbunya ini asli dari tetumbuhan Batak sehingga dia dinamakan masakan khas Batak. Jenis bumbunya seperti bawang Batak, arsik, andaliman, kincung, kemiri, lengkuas, kunyit, dan bawang merah. Cara memasaknya tergolong unik. Ikan dilumuri bumbu dulu baru diungkep sampai matang. Setelah matang pun, tidak boleh dibuka supaya keharumannya tetap terjaga," jelas Budi sang koki yang mengatakan lebih enak lagi kalau dimasak secara tradisional menggunakan kayu bakar.

Masakan Batak Toba yang bukan ikan, salah satunya adalah nani lomang. Bahan dasarnya ayam atau daging giling. "Digilingnya pun agak kasar, tapi jangan terlalu halus. Daging dimasak dengan campuran bumbu bawang putih, bawang merah, dan santan kental," katanya lagi.

Setelah dicampur bumbu, lantas dimasak dalam bambu muda. Maksudnya, "Dibakar seperti lemang. Waktu masaknya relatif singkat. Cukup satu setengah menit. Makanya aroma bambu harus terasa," ujarnya mantap. Ikan Mas Nati Nombur mirip dengan arsik. Cuma bumbunya tanpa kunyit. Setelah bumbu digiling, lantas disiram di atas ikan dan siap dibakar. emm yummy...

Anda punya pengalaman seputar kuliner Medan ???
Sumber:http://rahelsibayak.blogspot.com/2008/12/makanan-lezat-tidak-hanya-di-mall-dan.html




=============================================






Kamis, 29 Oktober 2009

Wisata Kuliner Itu Bakal Tergusur


Keberadaan Pujasera Pagaruyung diapit oleh sejumlah pertokoan merupakan satu lokasi wisata kuliner di Medan. Bahkan, dalam katalog pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan, Pagaruyung tercatat sebagai tujuan wisata di kota ini.
Dengan lapak tenda dan berderet kursi sederhana, kawasan ini menawarkan banyak menu makanan khas mulai  dari mie rebus, mie tiew, gado-gado, martabak, nasi goreng sampai makanan seafood hingga masakan modern lainnya. Meski menu yang ada cukup berkelas dan akrab dilidah, tetap saja harga yang ditawarkan terbilang ekonomis dan tentunya tak semahal yang ada di restoran.
Tempat jajanan ini diresmikan oleh mantan Wali Kota Medan, Bachtiar Jafar tahun 1995 lalu. Pendirian kawasan yang berada di di kawasan Jalan Zainul Arifin ini memperoleh Izin Prinsip dari Wali Kota Medan semasa kepemimpinan H Bachtiar Djafar pada 1995. Kemudian setelah itu, terbit pula izin dari PD Pasar. Selanjutnya, pada masa kepemimpinan Wali Kota Abdillah, Pujasera Pagaruyung dinobatkan sebagai satu tujuan wisata kuliner di Kota Medan.
Namun belakangan Pemko Medan di tangan Pj Walikota Rahudman berniat menggusur kegiatan perdagangan makanan itu. Sontak kabar ini membuat pedagang resah. Terlebih rata-rata pedagang hanya memiliki satu usaha itu saja. Akibatnya demonstrasi penolakan pun tak terhindarkan. Memang beberapa waktu belakangan Pemko Medan tengah giat-giatnya menertibkan pasar, namun pedagang tak pernah terfikir jika ikon wisata dapat digusur begitu saja.
Ramli, seorang pedagang di tempat itu mengaku kecewa dengan sikap yang diambil Pemko Medan. Sebab keberadaan mereka bukanlah seperti PKL yang asal main caplok di kawasan tersebut. “Kita di sini karena ada izin Walikota,” katanya.
Menurut Ramli, ramainya pengunjung karena kehadiran masyarakat dari luar kota ke Medan untuk liburan atau mudik dan datang ke Pagaruyung yang dikenal sebagai satu tempat wisata kuliner karenanya aneh jika Pemko kemudian menggusur tempat itu. “Kami harus kekmana lagi,” imbuhnya.
Rahmad pedagang lainnya pun mengatakan, jika alasan ingin membersihkan drainase kawasan itu saja, pihaknya juga bersedia melakukannya tanpa biaya. “Kalau mengorek parit biar kami saja,” katanya. Sebab kata dia, isu mengenai penggusuran itu sangat meresahkan pihaknya.
Isu penggusran itu sendiri kata dia muncul setelah keluarnya surat Lurah Petisah Tengah terkait penggusuran Pusat Jajanan Serba Selera (Pujasera) Pagaruyung di kawasan Jalan KH. Zainul Arifin Medan.

Dia menilai, perintah mengosongkan lokasi bertentangan dengan Izin Prinsip yang dikeluarkan Walikota Medan semasa kepemimpinan Walikota H. Bachtiar Djafar. Menurutnya, beberapa waktu lalu, para pedagang Pujasera Pagaruyung mengirimkan surat keberatan atas perintah pengosongan lokasi berjualan oleh Lurah Petisah Tengah, H. Azwar. Keberatan itu disampaikan kepada Wali Kota Medan dan PD Pasar dengan tembusan seluruh fraksi yang ada di DPRD Kota Medan.
Menurut Rahmad, keberatan yang disampaikan pedagang dikarenakan Izin Prinsip dari Walikota Medan semasa kepemimpinan H. Bachtiar Djafar pada 1995. Kemudian setelah itu, terbit pula izin dari PD Pasar. Selanjutnya pada masa kepemimpinan Walikota Abdillah, Pujasera Pagaruyung dinobatkan sebagai satu tujuan wisata kuliner di Kota Medan. “Karena ada izin kami keberatan digusur. Namun, kalau pun ada penataan, tata lah dengan cara yang menjunjung tinggi prinsip kemanusiaan,” ucap Rahmad.
Menanggapi itu, Sekda Pemko Medan Dzulmi Eldin membantah isu penggusuran itu. Menurutnya, surat lurah itu hanya untuk menertibkan keberadaan pusat jajanan itu semata. Disamping itu pihaknya juga ingin mengeruk material parit yang ada. “Kita tidak menggusur, kita hanya menata,” kata Eldin.
Dia mengakui, jika pedagang di tempat itu telah memiliki izin prinsip untuk berdagang di kawasan itu. Namun izin yang dikeluarkan Bachtiar Jafar itu hanya untuk pedagang buka tutup. Namun kenyataannya saat ini banyak kios permanen di bangun warga sehingga membuat kawasan itu tak tertata dengan baik. “Saya sudah baca suratnya dan itu harusnya buka tutup,” ujarnya.
Begitupun kata Eldin, pihaknya tak akan menggusur begitu saja jika pedagang mengembalikan kondisi usaha mereka sesuai SK tersebut. “Kita hanya berniat menata saja dan membersihkan paritnya saja,” tandasnya.
Hal senada dikatakan Camat Medan Petisah, Hana Lore, menurutnya pihaknya tak berniat mengusur selama pedagang tidak mengubah fungsi lahan itu jadi permanen. “Kita tidak mengusur. Namun itu ijin prinsipnya untuk kios buka tutup,” pungkasnya. Dia mengatakan, pihaknya hanya berniat membersihkan parit saja.
Sementara sebelumnya, anggota DPRD Medan Hasyim SE mengatakan, Pemko Medan harus serius menyelesaikan persoalan penggusuran yang belakangan ini marak termasuk memberikan solusi yang tepat. Kalau setiap pedagang kakilima (PKL) digusur, maka otomatis pedagang tidak memiliki mata pencaharian. “Ini juga kalau dibiarkan bisa mengakibatkan pembengkakan jumlah pengangguran dan meningkatnya premanisme,” ujar Hasyim.
Seharusnya, lanjut Hasyim, Wali Kota Medan Rahudman Harahap bersikap bijaksana dalam menangani masalah PKL ini. Menurutnya, pahami mana yang memiliki izin dan mana yang tidak memili izin. “Tetapi jangan pula izin tidak diberi, retribusi malah dikutip dan akhirnya digusur. Mau jadi apa Kota Medan ini,” pungkasnya.
Hal senada disampaikan Daniel Pinem. Menurut dia, Fraksi PDI Perjuangan sangat tegas menolak Surat Lurah Petisah Tengah yang berisikan perintah mengosongkan lokasi. Namun, kita tetap mengutamakan upaya dialogis untuk menyelesaikan persoalan ini.
Sumber:http://www.hariansumutpos.com/2009/10/wisata-kuliner-itu-bakal-tergusur.html


=============================================


Selasa, 27 Oktober 2009

Rasa Pekalongan di Aek Kuasan

Soto Pekalongan bukan hanya milik orang Jawa Tengah. Di Aek Kuasan, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara, Anda juga bisa menikmatinya.
Kalau Anda disodorkan kata “Soto Pekalongan”, asumsi yang segera terlintas di pikiran: makanan berkuah dan sebuah daerah di Jawa Tengah bernama Pekalongan. Yup, benar. Makanan beraroman gurih itu merupakan penganan khas daerah Pekalongan. Tapi, kita tak perlu jauh-jauh ke daerah tersebut untuk merasakan kelezatannya. Karena dia sudah ada di sekitar kita.


Salahsatunya terdapat di pinggir jalan negara Desa Leidong Timur, Kecamatan Aek Kuasan, Asahan. Daerah ini berjarak 1 kilometer dari Kota Aek Kanopan, Labuhan Batu Utara, Sumatera Utara.


Menemukan rumah makan yang menyediakan penganan ini tidak sulit. Dia berada persis di sebelah kiri lintasan, dan namanya Rumah Makan Soto Pekalongan. Dari namanya, kita pasti berpikiran bahwa pemiliknya orang Jawa.


Benar saja, sang pemilik rumah makan adalah seorang wanita cantik kelahiran 39 tahun silam, berasal dari Kota Padang Sidempuan, Tapanuli Selatan, yang merupakan keturunan Jawa. Beliau membuka rumah makan ini sejak tahun 2006 lalu.


Yanti, ibu 3 putri ini, membuka Rumah Makan Soto Pekalongan bukan tanpa alasan. “Saya merupakan generasi ketiga setelah orangtua saya. Sebelum menikah, beliau membantu orangtuanya berjualan Soto Pekalongan di Padang Sidempuan. Kami juga mempunyai resep keluarga yang diturunkan oleh nenek saya,” jelasnya.


Di rumah makan yang buka sejak pagi hingga malam ini, selain Soto Pekalongan yang menjadi menu andalan, kita juga dapat memesan dan menikmati hidangan sedap lainnya, mulai dari nasi remes, nasi putih ikan bakar, ayam bakar, udang galah dan ikan sungai yang diambil dari sungai Aek Kanopan, lengkap dengan lalapannya.


Apabila kita memesan satu porsi Soto Pekalongan, kita dapat mencicipi satu mangkok soto, satu piring nasi, ditambah satu piring kecil sambal kecap dan bergedel kentang, lalu ditemani sambal tempe goreng cabe ijo. “Sambal tempe merupakan ciri khas dari menu Soto Pekalongan,” kata Yanti, “karena di tempat lain tidak ada.”


Apalagi bila menyantapnya ditemani segelas jus kelapa muda yang merupakan minuman favorit di sini. Wah, Anda pasti akan puas dan ketagihan untuk kembali datang menikmati kelezatan racikan Yanti.


Untuk satu porsi Soto Pekalongan ditambah satu gelas jus kelapa muda, Anda tidak akan sampai dalam merogoh kocek: hanya Rp12.500 / porsi dan Rp3.000 / gelas. Cukup murah meriah, kan.


Dia mengatakan, untuk 3 bulan terakhir ini, omzetnya turun 50 persen. Diperkirakan, rata - rata hanya terjual 50 porsi / hari. Ini jauh beda dari bulan – bulan sebelumnya yang bisa mencapai 100-150 porsi per hari.


Hal ini disebabkan turunnya harga karet dan sawit di pasaran dunia, sehingga daya beli masyarakat sekitar lokasi tempatnya berjualan menurun. Di Kabupaten Labuhan Batu, rata – rata penduduknya merupakan petani sawit.


Untuk menjalankan usahannya, Yanti dibantu tiga karyawanya dan sang suami yang selalu siap untuk melayani tamu – tamunya. Karena dia berprinsip tamu adalah raja.


Bagaimana ? Anda tertarik untuk mencicipinya. Karenanya jangan lupa untuk singgah ke Rumah Makan Soto Pekalongan bila melintasi daerah tersebut. *
Sumber:http://www.pinbis.com/news_detail.php?id_berita=281


=============================================

smal note |quantumindonesia | tips sederhana pagerank | kopi kok tong | spyware and malware | komen dengan url | quantumindonesia blog | entrecard | backup blog | monetize your blog | house of book | medan business | house of book | pertamina : kerja keras adalah energi kita